POJOKBANDUNG.com – Ada banyak cerita tentang Sang Saka Merah Putih. Mulai proses pembuatannya, yang ternyata menyimpan andil Jepang, hingga sang dwiwarna yang sempat dibuka jahitannya – terpisah antara merah dan putih – untuk menghindari agresi Belanda.
Kisah itu disampaikan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri saat menjadi pembicara di acara Pengurus Pusat dan Anggota Purna Paskibraka Indonesia, di Jakarta, Sabtu (10/11) malam.
Ketua Umum PDI Perjuangan itu menceritakan sejarah Sang Saka Merah Putih berdasarkan cerita dari ibunya, Fatmawati Soekarno yang juga sebagai penjahit pertama bendera Indonesia.

Kata Megawati, saat bendera Merah Putih dijahit, ibunya sedang mengandung sang kakak. Kala itu Fatmawati kesulitan mencari kain warna merah yang pas. Sementara warna putih bisa dijumpai di banyak tempat.
“Waktu itu, ibu saya masih mengandung kakak saya. Beliau lalu menjahit bendera Merah Putih. Tapi waktu itu zaman Jepang, susah sekali mencari kain warna merah. Kalau kain warna putih banyak,” kata Megawati.
“Ibu cerita ke saya. Justru yang memberikan kain berwarna merah, seorang Jepang yang simpati pada kita. Dia seorang pengusaha. Dia yang mencari dan dapat. Lalu kain itu dijahit dan disimpan ibu saya,” jelas Megawati.
Sebagai proklamator dan Presiden pertama RI, Soekarno bersama keluarganya terancam. Hingga akhirnya mereka ‘mengungsi’ ke Jogjakarta atas permintaan Sultan Hamengkubuwono IX.
“Ini yang tak banyak diketahui. Ibu saya bercerita. Sebelum kami pindah, ayah saya (Soekarno, Red) bilang ke Muntahar. Saya beri tugas kamu bawa Bendera Merah Putih ke Jogjakarta. Saya tak mau tahu gimana caranya, yang pasti harus selamat,” smbungnya.
Habib Husein Muntahar adalah seorang anggota TNI berpangkat Mayor. Dia juga dikenal sebagai Bapak Paskibraka Indonesia.
Demi menuntaskan tugas dari Soekarno, Muntahar lantas memutar otak. Akhirnya bendera Merah Putih kembali dilepas jahitannya. Rencana itu pun berhasil dan Sang Saka Merah Putih berhasil dibawa ke Jogjakarta dan dijahit ulang oleh Fatmawati.
“Cerita ibu saya, bendera itu dibuka lagi, dipisah putih dan merahnya. Tentunya ini tak bisa dibawa satu orang. Tapi pendek ceritanya, bendera itu sampai juga di Jogjakarta. Dan ibu saya menjahitnya kembali,” tutur Megawati.
Di mata Megawati, cerita ini menyimpan rasa heroik yang sangat tinggi. Oleh karenanya, dia berharap seluruh anak bangsa tahu sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia termasuk Sang Saka Merah Putih.
“Ini kain hanya merah dan putih. Tapi jiwanya itu ada. Ada di sini, ada di dada kita, roh kita. Saya harapkan, mulai malam ini, roh itu kembali, roh untuk mempertahankankan Merah Putih kita,” pungkasnya.
(sat)