POJOKBANDUNG.com, SUBANG – Rumor soal adanya kampung prostitusi di Kabupaten Subang diungkapkan warga lainnya, Hani (nama samaran, red)
Hani mengungkapkan bahwa memang prostitusi ini sudah berlangsung sejak lama.
Hal ini, Hani rasakan saat menjalani KKN pada 2016 lalu di Desa Padamulya, Kabupaten Subang.
“Iya, terlihat memang ketika itu,” ujarnya kepada Pojokjabar.com (Grup Pojoksatu.id), Sabtu (25/8/2018) malam.
Menurut Hani, ia tidak tahu awal mula dari kegiatan prostitusi tersebut.
Ia menambahkan bagimana para pekerja seks komersil (PSK) tersebut tidak menunggu pelanggan di luar.
“Sebetulnya mereka tidak menjajakan diri atau nangkring-nangkring menunggu pelanggan di luar,” katanya.
Menurutnya, para pelanggan justru sudah tahu bagaimana cara bisa mendapatkan penjaja layanan seks tersebut.
“Jadi, ibaratkan gini mba. Di suatu rumah itu pelanggan sudah tau akan masuk ke rumah mana, entah di rumahnya sedang ramai atau tidak mereka pasti akan ke dalam rumah,” bebernya.
“Dan orang rumah pun sudah mengerti, entah itu ayah dari anaknya atau ibu dari anaknya, atau eneknya, atau kakenya,” terangnya.
Saat ditanyakan soal tarif para PSK, Hani mengaku tidak tahu.
“Kalo harganya saya kurang tau, mba,” katanya.
Soal informasi prostitusi ini, katanya, terkadang ada saja yang menginformasikan. Bahkan, jika bertanya pada masyarakat asli akan ditawari.
“Kadang ada yang menginformasikan rumah mana saja yang bisa didatangi, kalo nanya sama masyarakat asli sana pasti ditawarin,” terangnya.
Ia menambahkan lagi, bahwa sebenarnya awalnya akan susah untuk mendapatkan informasi tersebut jika si penanya penampilannya tak meyakinkan.
“Sebetulnya awalnya susah dapet info itu kalo yang bertanya berpenampilan tidak menyakinkan,” ujarnya.
Pihak RT/ RW di sana, katanya, sangat tertutup. Jika bisa didekati mereka akan memberikan informasi.
“Tapi dari RT/Rw- nya saja sangat tertutup sekali. Tapi, jika kita sering dan bisa cara pendekatannya mereka pasti menginformasikan, mba,” pungkasnya.
(mar/pojoksatu/pojokbandung)