POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Sejak Pilkada DKI Jakarta 2017, isu agama kerap mencuat ke permukaan. Banyak kalangan khawatir isu SARA itu merambat ke daerah lain, terlebih isu politik menjelang Pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019 semakin dekat.
Seorang pemikir muda, Fajar Riza Ul Haq kemudian menyuratkan gagasannya guna menjaga ritme keutuhan NKRI jangan sampai goyah oleh isu SARA melalui sebuah buku berjudul “Membela Islam Membela Kemanusiaan”.
Aktivis Muhammadiyah tersebut meluncurkan bukunya di gedung dakwah Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Jalan Terusan Galunggung No. 09, Bandung, Jumat (10/11/2017) malam.
Baca Juga:
Ingin Pilgub Jabar Bebas Isu SARA? Gerakan untuk Ahok Harus Dihentikan
Jangan Coba-coba Eksploitasi Isu SARA dalam Pilgub Jabar
Peluncuran buku ini dikemas dengan kegiatan diskusi seputar buku.
Hadir dalam diskusi itu beberapa narasumber dari berbagai kalangan, yakni Luthfi Tomafi (Ketua PP GP Ansor), Hendar Riyadi (Cendekiawan Muhammadiyah), Asep Salahudin (Cendekiawan NU), dan Abdi Yuhana (Cendekiawan GMNI).
Dalam kesempatan itu Fajar memaparkan karya yang ditulisnya banyak membahas soal dinamika umat Islam di Indonesia baik sosial, keagamaan, kenegaraan dan politik.
Tulisan-tulisan buku ini merupakan kumpulan artikel yang telah dimuat di media massa nasional sejak masa reformasi sekitar 15 tahun lalu.
“Kemudian dibundel dalam satu buku. Buku ini lebih banyak memotret tentang dinamika umat Islam Indonesia dalam aspek sosial keagamaan termasuk aspek politik sejak era reformasi,” kata Fajar, di sela diskusi.
Menurutnya, sejak lama benturan antara komitmen keislaman dan keindonesiaan sudah hampir tidak ada. Namun dalam 15 tahun terakhir ini terkesan ada gejala untuk menceraikan NKRI dengan isu SARA.
Padahal di antara keislaman dan kenegeraan di Indonesia terdapat kearifan yang berjalan seiringan.
“Belakangan ada gejala seolah terpisah,” katanya.
Baca Juga:
Waspada! Rumah Ibadah Jadi Tempat Kampanye Isu SARA dan Ujaran Kebencian
Dedi Mulyadi Diserang Isu SARA, Golkar: Jangan ‘Jakartanisasi’ Pilgub Jabar
Secara utuh, kata Fajar, Islam harusnya dipahami sebagai agama universal yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Membela Islam tidak bisa dipisahkan dengan komitmen setiap umat untuk membela Indonesia.
“Karena itu menjadi komitmen kita sebagai Islam ramatan lilalamin,” tegasnya.
Dengan demikian, demi menjaga keutuhan NKRI, kelompok sipil Islam harus diperkuat untuk mempertahankan kebinekaan dan kemajemukan Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Ketua PP Ansor Lutfhi Thomafi menilai, pemikiran Fajar relevan dengan keadaan saat ini. Buku tersebut mewakili pandangan Islam moderat dalam mencari solusi yang dituju umat Islam.
“Sebuah kritik teks agama terhadap konteks hari ini,” Luthfi menilai.