POJOKBANDUNG.com – Persib Bandung dan Arema FC memang tidak akan bertanding dalam hari yang sama di delapan besar Piala Presiden 2017. Namun, tetap saja suporter dua tim itulah yang bakal menjadi fokus perhatian aparat keamanan.
“Karena semua orang juga tahu kalau fanatisme kedua suporter ini sangat besar. Jadi, penanganan mereka juga harus maksimal,” tegas Paulus Haryoto, ketua panitia lokal delapan besar Piala Presiden 2017, di Solo.
Namun, Paulus belum bisa memastikan berapa jumlah aparat yang akan diterjunkan untuk mengamankan fase knockout turnamen pramusim tersebut. ’’Sebab, malam ini (tadi malam) baru rapat. Besok (hari ini) baru ada keputusan,” kata Paulus.
Delapan Besar di Solo yang memakai format single match akan berlangsung dua hari, Sabtu (25/2) dan Minggu (26/12). Persib yang menghadapi Mitra Kukar akan berlaga pada hari pertama. Sedangkan Arema FC yang berduel dengan Sriwijaya FC bertanding pada laga kedua hari kedua.
Pada hari pertama juga bakal ada laga antara Pusamania Borneo FC melawan Madura United. Sedangkan duel Semen Padang menghadapi Bhayangkara FC dihelat pada hari kedua.
Menurut Ketua Panitia Piala Presiden 2017 Iwan Budianto, dipisahnya hari pertandingan Persib dan Arema itu merupakan bagian dari strategi pengamanan. Sebab, selama ini pendukung dua tim tersebut dikenal kurang akur.
Selain itu, panitia akan membatasi jumlah suporter dari setiap tim yang hendak menyaksikan laga babak delapan besar itu secara langsung di atas tribun. Untuk tim-tim yang berasal dari Jawa, panitia hanya menyediakan kuota sebesar 70 persen dari total kapasitas Stadion Manahan, Solo, yang mencapai 35 ribu itu. Untuk tim-tim yang berasal dari luar Jawa, panitia hanya menyediakan kuota penonton sebanyak 30 persen.
“Tapi, jumlah ini masih kami pertimbangkan lagi. Masih bisa berubah sesuai dengan situasi di lapangan,” papar pria yang pernah menjadi CEO Arema FC dan manajer Persik Kediri tersebut.
Untuk tim yang lolos ke semifinal, lanjut Iwan, panitia tidak akan memberikan subsidi. Baik untuk biaya tuan rumah maupun akomodasi transportasi bagi tim tamu. “Semua pengeluaran sudah menjadi tanggung jawab masing-masing tim yang lolos ke babak semifinal nanti,” kata Iwan.
Namun, lanjut Iwan, semua pemasukan dari penjualan tiket selama di babak yang menggunakan sistem home and away itu akan menjadi hak peserta. “Kebijakan tanpa subsidi itu karena yang sudah lolos ke babak semifinal sudah terjamin secara finansial. Menjadi semifinalis minimal mendapat hadiah sebesar Rp 500 juta,” kata Iwan.
Dalam turnamen pramusim tersebut, panitia memang menyediakan Rp 3 miliar untuk sang juara. Sedangkan runner-up mendapat Rp 2 miliar, peringkat ketiga Rp 1 miliar, dan posisi keempat Rp 500 juta. (ben/c17/ttg)