POJOKBANDUNG.com, BANDUNG— Tidak kurang dari 40 kios di Jalan Burangrang ditertibkan Satpol PP Kota Bandung, Selasa ( 7/1).
Pedagang yang mayoritas berjualan kuliner itu membangun kios permanen di zona kuning yang ditetapkan pemerintah.
“Kawasan Jalan Burangrang ini merupakan zona kuning, sementara mereka membangun kios permanen. Seharusnya kalau zona kuning itu, ada waktu-waktu tertentu tidak boleh berjualan. Jadi tidak boleh ada kios permanen,” papar Kepala Satpol PP Kota Bandung Dadang Iriana, yang ditemui di sela-sela penertiban.
Dadang mengatakan, pihaknya terpaksa melakukan penertiban, karena para pedagang tidak mengikuti aturan yang diberlakukan di zona kuning.
“Kami sudah melayangkan surat teguran kepada para PKL. Tapi karena mereka tidak mengindahkan, jadi terpaksa kami membongkar kiosnya,” papar Dadang.
Terkait adakah rencana relokasi untuk PKL Jalan Burangrang, Dadang mengaku sejauh ini belum sampai pada tahap itu. Pihaknya menyarankan pedagang membuka lapak tidak permanen.
“Zona kuning itu memang ada aturannya. Boleh berjualan, dari jam 10.00 sampai jam 18.00 dan mereka harus punya kios yang bisa dibongkar pasang bukan permanen,” tandasnya.
Pantauan di lapangan, Para PKL dikawasan jalan Burangrang yang kiosnya dibongkar aparat Satpol PP dan aparat kewilayahan hanya bisa pasrah melihat tenda dan lapak jualannya di bongkar.
Salah seorang penjual bakso di kawasan tersebut Ohan Suwarna,50, sebenarnya dirinya sudah mengikuti arahan pemerintah.
“Kami sih ikut saja arahan pemerintah. Dulu juga tenda ini kan dibuat atas arahan pemerintah malah kan kami harus nyicil membayarnya, “kata Ohan.
Meski sudah dibongkar, Ohan berharap tenda bisa dugunakan lagi. Pasalnya Ohan akan kembali berjualan, namun sesuai dengan peraturan pemerintah.
“Ya saya akan berjualan lagi di sini, dengan aturan yang sudah disesuaikan yaitu dari jam 10.00- jam 18.00,” tambahnya.
Ohan terpaksa kembali berjualan, karena tidak ada pilihan pekerjaan lain. Mengingat, dirinya masih memiliki anak yang duduk dibangku sekolah.
“Kalau tidak berjualan, mau bagaimana menutupi kebutuhan sehar-hari. Saya masih punya anak yang sekolah SMA, mau dapat biaya dari mana,” katanya.
Dia hanya berharap pemerintah ikut memberi solusi atas kesulitannya mencari nafkah sehari-hari dan membiayayai sekolah anaknya.
“Ya Pemerintah mungkin lebih jeli dengan kesulitan kami. Makanya kami sih cuma ingin melanjutkan hidup sesuai kemampuan,” ujar Ohan. (mur)