POJOKBANDUNG.com, CIMAHI – Ketua DPD Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyerahkan Surat Keputusan (SK) pengesahan ketua DPD Golkar Cimahi, Itoc Tochija di kampung adat Cireundeu, Kampung Adat Cireundeu, Desa Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, (7/8/2016).
Alasan pemilihan lokasi di kampung adat tersebut adalah simbol mengenai kebutuhan warga minoritas yang hak-haknya sebagai masyarakat harus dipenuhi, diperhatikan para pejabat publik, termasuk kader partai Golkar.
Dedi mengatakan, 30 persen dari 200 kepala keluarga (KK) di kampung adat Cirendeu tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), karena masalah agama dan keyakinan.
Kondisi tersebut terjadi di hampir seluruh daerah yang warganya meyakini budaya leluhur.
“Ini menjadi trend yang dibangun Golkar. Tujuan penyerahan SK disini untuk ambil momen-momen penting menyangkut kebutuhan publik, di Cimahi, ada momen satu daerah berpegang teguh pada leluhur namun berdampak pada kelengkapan administrasi kependudukan yang tidak lengkap,” ujar Dedi Mulyadi, saat ditemui di Kampung adat, Cirendeu, Kota Cimahi, Minggu (7/8/2016).
Dedi pun secara khusus meminta Itoc yang beristrikan Wali Kota Cimahi Atty Suharti, untuk memperhatikan hak para warga kampung adat yang masih memegang teguh adat istiadatnya.
Dengan datangnya ke Cireundeu, Dedi mencoba memberikan kesadaran bahwa masyarakat adat pun merupakan warga Indonesia yang mencintai Indonesia berdasarkan struktur kesejarahannya.
“Maka kami meminta kepada DPD II Gokar Kota Cimahi untuk membantu membuat berbagi dokumen administrasi kependudukanya termasuk sertifikasi tanahnya,” urai Dedi.
Hal itu perlu segera direalisasikan, lanjut Dedi, mengingat saat ini masyarakat adat diakui dalam membuat kartu kependudukan dengan mengosongkan kolom agamanya. Walaupun begitu tetap masih ada ketidakadilan.
“Kami berharap pemerintah pusat juga memperlakukan sama keyakinan mereka seperti agama-agama lainnya agar bisa mencantumkan keyakinannya dikolom KTP,” harapnya.
Dedi menegaskan, bahwa kecintaan mereka pada Indonesia melebihi rasa cinta masyarakat kaum modern. Hal itu terlihat dari kehidupan sehari-hari, salah satunya tidak mengkonsumsi nasi tapi mengkonsumsi singkong. Ia mengatakan, hal Itu merupakan sebuah bentuk dalam upaya menjaga lingkungan.
“Dalam pengelolaan lingkungan lebih baik diberikan ke masyarakat adat yang sudah terbukti mampu menjaga alam. Kalau lingkungan dikelola oleh kita pasti terlalu banyak kepentingan yang bisa mempengaruhinya,” ujarnya. (bbb)