POJOKBANDUNG.com, SOREANG– Kabupaten Bandung merupakan daerah cukup rawan terhadap bencana, seperti longsor, dan angin puting beliung. Oleh sebab itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung selalu siap siaga terutama ketika memasuki musim penghujan.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Bandung, Tata Irawan Sobandi mengatakan, dari lima jenis bencana, Kabupaten Bandung mempunyai empat potensi, yakni banjir, puting beliung, gunung api dan longsor.
“Kita hanya tsunami saja yang tidak ada potensinya, karena tidak ada laut,” tutur Tata, Kamis (12/11).
Kendati demikian, secara peralatan penanggulangan bencana hampir sama dengan potensi bencana Tsunami.
Dia memaparkan, berdasarkan peta kerawanan bencana, beberapa kecamatan masuk dalam kategori rawan terhadap longsor, seperti Pasirjambu, Ciwidey, Rancabali, Kutawaringin dan Pangalengan. Sedangkan kecamatan yang rawan banjir adalah, Baleendah, Banjaran, Pameungpeuk, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Rancaekek dan Pameungpeuk. Dan wilayah Katapang, Pameungpeuk, Nagreg, Rancaekek, Bojongsoang dan Baleendah merupakan daerah yang rawan terhadap angin puting beliung.
Karena tingginya potensi bencana, seperti banjir, BPBD Kabupaten Bandung telah mempersiapkan berbagai logistik untuk penanganan.
“Kami sudah mempersiapkan berbagai kemungkinan bencana. Apalagi untuk tahun ini, saat mengikuti rakor tingkat provinsi, untuk banjir tahun ini kemungkinan cukup besar. Yakni seperti tahun 1997-1998 lalu, dimana ketinggian air di Baleendah lebih dari lima meter dengan luas genangan hingga ke Tugu Juang,” katanya.
Untuk penanganan banjir, BPBD Kabupaten Bandung telah mempunyai 15 perahu karet yang biasa digunakan untuk melakukan evakuasi para korban. Perahu karet disimpan gudang logistik BPBD Kabupaten Bandung.
Selain perhu karet, perlengkapan lainnya seperti pelampung, sepatu boot, tenda juga tersedia di gudang logistik dan bisa dikeluarkan manakala ada bencana.
Tidak hanya itu, tahun ini BPBD Kabupaten Bandung juga melakukan pengadaan perahu kayu yang akan disebarkan ke desa/kelurahan yang rawan banjir.
“Kita telah membeli 20 perahu kayu untuk menghadapi banjir tahun ini. Nanti akan disebar ke wilayah yang membutuhkan,”ujarnya.
Pengadaan perahu kayu tersebut, kata Tata, atas hasil musrembang di tingkat kecamatan, dimana beberapa desa di Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang dan Baleendah meminta perahu kayu alat transportasi manakala banjir datang.
“Pemberian perahu ini kami lakukan berdasarkan permintaan masyarakat di beberapa desa yang bisa dikatakan langganan banjir. Jadi ini sesuai kebutuhan masyarakat yang disampaikan melalui Musrembang,” paparnya.
Alasan diberikannya perahu kayu ini, kata Tata, untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan evakuasi atau untuk berbagai keperluan transportasi masyarakat saat banjir tiba. Dipilihnya perahu kayu ini, karena bentuknya ramping sehingga bisa masuk ke dalam lorong atau gang sempit. Sehingga, lebih efektif dalam menangani korban banjir oleh relawan dari masyarakat itu sendiri.
“Selain itu kalau perahu kayu itu perawatannya lebih mudah. Kalau ada kerusakan, masyarakat bisa memperbaikinya sendiri. Berbeda dengan perahu karet atau jenis lainnya, perbaikan atau perawatan harus sama ahlinya,” ujarnya. (mld)